Pages

Kamis, 31 Maret 2016

Asa Azzurri Di Pundak Lorenzo Insigne


Italia tak akan pernah kekeringan bakat-bakat baru dan pemain Napoli ini pantas menjadi sandaran harapan untuk meraih kesuksesan di Piala Eropa 2016.

Gianluigi Buffon kemarin mengatakan hal yang mungkin membanggakan bagi Lorenzo Insigne.
"Insigne bisa membawa Azzurri ke level yang lebih baik lagi," demikian Buffon.
Sebelumnya, Giovanni Trapattoni juga memberikan pujian yang kurang lebih sama.
"Insigne membawa kualitas di lini depan dalam setiap peran lini serang Italia," tandasnya.
Dua pujian dari veteran sepakbola Italia pastinya bukan suatu hal yang kemudian pantas dianggap remeh. Keduanya melihat sesuatu yang berbeda, dan mungkin bisa menentukan akan sukses Italia di perhelatan Piala Eropa 2016.


Melihat bagaimana performanya melawan Spanyol pekan lalu, publik boleh mengamini pernyataan Buffon dan Trapattoni bahwa Insigne bisa membawa sesuatu yang berbeda untuk Italia, dalam hal ini sesuatu yang positif.
Masuk di babak kedua, menggantikan Eder Martins di menit 51, ketika kedudukan masih sama kuat 0-0, Insigne langsung menunjukkan alasan mengapa Antonio Conte layak percaya kepadanya.


Berawal dari penetrasi Alessandro Florenzi, yang memainkan bola dan mengirimkan kepada Federico Bernardeschi, yang berada beberapa meter dari kotak penalti Spanyol, bola kemudian diteruskan kepada Emmanuele Giaccherini. Sementara Insigne berlari secara diagonal masuk ke sisi kiri, yang membuat Juanfran kelimpungan mengawasi wilayahnya. Terbukti, bek sayap Spanyol itu telat membuat keputusan antara menjaga Giaccherini atau Insigne, dan bola pun dengan cepat dikirim menyilang untuk disontek pemain Napoli tersebut melewati hadangan David De Gea. Gol dan Italia memimpin 1-0.
Hanya karena gol Aritz Aduriz yang pada akhirnya menggagalkan Insigne mengakhiri laga dengan level heroik. Tapi, publik sudah tahu dia sudah menjadi pembeda di laga tersebut.
Di laga melawan Jerman, dominasi tim tuan rumah sedikit banyak menutup sepak terjangnya bersama Italia. Beberapa kali dia memberikan ancaman ke gawang Andre Ter Stegen, tapi tak sampai menjebol gawangnya. Stefano Okaka kemudian menggantikan perannya di menit 68.
Tapi, bagaimana pun juga, apa yang disuguhkan Insigne sudah menjadi kans bahwa bakat-bakat terbaik Italia tak akan pernah habis. Melihat performanya di musim ini bersama Napoli, Insigne juga tampil mengesankan.

Dalam urusan mencetak gol, pemain yang berposisi sebagai gelandang, atau bahkan pemain sayap, melesakkan 11 gol di Serie A Italia musim ini. Di berada di peringkat sepuluh dalam daftar capocanoniere. Sementara untuk urusan assist, Insigne termasuk sebagai yang terbaik. Bersama Miralem Pjanic, Insigne menjadi pemain paling baik dalam mengirimkan assist dengan sepuluh momen. 55 kesempatan mencetak gol juga diciptakannya di musim ini dengan total tendangan mencapai 86 sepakan.
Fakta angka statistik mungkin bukan hal yang menjanjikan bagi sebagian orang. Tapi, harus diakui, ada perkembangan yang luar biasa ditunjukkan Insigne sejak Mauurizio Sarri menangani tim, menggantikan Rafael Benitez di awal musim. Allenatore Partenopei itu seakan tahu bagaimana memaksimalkan potensi yang dimiliki Insigne.

Kuncinya adalah kebebasan dalam bermain. Strategi itu yang diterapkan Sarri di Napoli, dengan menarik Marek Hamsik lebih ke dalam untuk memberikan ruang lebih kepada Insigne.
Apakah itu perlu ditiru Antonio Conte untuk memaksimalkan potensi Insigne? Tergantung strategi seperti apa yang akan diterapkannya. Tapi setidaknya di laga melawan Spanyol dan Jerman, Insigne sudah menawarkan sesuatu yang berbeda untuk kekayaan strategi skuatnya.
Conte tahu apa yang kurang dari skuatnya, dan apa yang lebih. Dalam hal bertahan dan semangat juang, mungkin hanya sedikit yang harus dibenahi. Tapi dalam aspek menyerang, Conte tahu ada banyak hal yang harus dibenahi. Keberadaan Insigne di barisan lini tengah yang dimilikinya bisa menjadi solusi tersendiri. Insigne juga bisa menjadi pembeda dalam satu momen menentukan.
Insigne mampu memenuhi tanggung jawab itu. Pertanyaannya kemudian apakah dirinya akan diberikan kepercayaan dan kesempatan oleh Conte untuk bisa memberikan kontribusi. Tapi yang jelas, Insigne bukan sekadar kontributor semata. Dia memiliki kemampuan menjadi bintang Italia, asalkan ada kesempatan yang didapatnya. Jika tidak, mungkin Italia sendiri yang harus merugi.

sumber: goal.com

Senin, 21 Maret 2016

Laga As Roma Vs Inter Berakhir Imbang 1 - 1

AS Roma hanya mampu bermain imbang 1-1 saat menjamu tamunya, Inter Milan di Olimpico Stadium, Minggu (20/1) dini hari. Hasil ini membuat Giallorossi -yang ada di posisi ketiga- tetap menjaga jarak lima poin dari Nerazzurri di peringkat keempat.

Tuan rumah mencoba mengambil alih permainan sejak menit pertama dengan mengandalkan kecepatan Stephan El Shaarawy dan Mohamed Salah dan visi permainan dari  Miralem Pjanic. Namun Giallorossi kesulitan menembus pertahanan Inter MIlan.

Di tengah gencar melakukan tekanan, tuan rumah nyaris dibuat tertunduk pada menit ke-18. Inter Milan yang sebelumnya lebih banyak menghadang tekanan tuan rumah, justru nyaris mencetak gol andai Eder tak terpeleset saat menyongsong umpan ari Ivan Perisic.

Suporter tuan rumah sendiri sempat bersorak pada menit ke-36 saat Salah mencetak gol. Namun sayang, sorakan itu harus digagalkan oleh wasit karena Salah dinilai sudah berada dalam posisi offside saat mencetak gol menyongsong umpan dari Miralem Pjanic.

Tuan rumah kembali memiliki peluang emas untuk mencetak gol pada menit ke-40. Kali ini melalui kaki dari El Shaarawy, sayang tendangan pemain yang baru didatangkan pada Januari lalu itu masih mampu ditepis oleh Samir Handanovic dengan cemerlang. Skor tanpa gol di babak pertama.

Tempo permainan tak menurun di babak kedua. AS Roma kembali mengambil kendali penuh permainan di awal-awal babak kedua. Dan kembali sebuah kesalahan dari tuan rumah mampu dimaksimalkan tim tamu untuk membuat ancaman pada menit ke-53.

Kali ini sebuah serangan yang gagal dibangun tuan rumah membuat Inter Milan memiliki kesempatan untuk melakukan serangan balik. Sebuah penetrasi dari Marcelo Brozovic mampu menemukan ruang untuk memberikan umpan pada Ivan Perisic yang tak terkawal di sisi kanan sebelum melepaskan tendangan mendatar yang gagal dibendung Wojciech Szczesny.

Tertinggal satu gol membuat pelatih Luciano Spalletti melakukan perubahan tiga menit usai kebobolan. Gelandang Seydou Keyta ditarik keluar untuk menambah daya gempur dengan memasukkan Edin Dzeko dan membuat Giallorossi kini bermain lebih agresif.

Pada menit ke-68, Dzeko mendapatkan peluang emas untuk menyamakan kedudukan, sayang sundulannya memanfaatkan umpan Diego Perotti masih bisa ditepis oleh Handanovic. Begitu juga dengan tendangan Dzeko dua menit berikutnya juga masih belum menemui sasaran.

Tuan rumah tak patah arang untuk terus menggempur pertahanan Nerazzurri. Pada menit ke-80, Salah kembali mendapatkan peluang emas untuk mencetak gol, namun sayang tendangannya masih mampu diredam oleh Handanovic.

Upaya tuan rumah akhirnya berbuah pada menit ke-84. Diawali sebuah kemelut di depan kotak penalti Inter Milan, bola jatuh di kaki Edin Dzeko yang mencoba melepaskan tendangan yang justru menjadi sebuah umpan bagi Radja Nainggolan untuk menyamakan kedudukan.

Usai menyamakan kedudukan, Gialorossi semakin gencar melakukan serangan.  Salah satu peluang emas didapatkan Salah di masa injury time, yang sayangnya justru membentur rekannya sendiri, Edin Dzeko meskipun bola meluncur deras ke arah gawang. Skor pun akhirnya berakhir imbang 1-1.

Sumber : Bola.net

Selasa, 15 Maret 2016

Capello: Dybala Merupakan Pemain Terbaik Dunia di Usianya

Paulo Dybala kini menjelma sebagai penyerang berbahaya di Serie A. Saat ini pemain asal Argentina tersebut telah mencetak 14 gol bagi Juventus di kompetisi domestik. Ia menempati peringkat kedua pada daftar top skor di bawah Gonzalo Higuain yang sudah mencetak 26 gol.
Kegemilangan yang ditunjukan oleh Paulo Dybala ini diakui oleh Fabio Capello. Mantan pelatih Juventus ini percaya bahwa Dybala merupakan pemain terbaik dunia dalam usianya. Satu gol terakhir dari Dybala ke gawang Sassuolo menjadi bukti kualitas pemain berusia 22 tahun tersebut.
Fabio Capello berpendapat bahwa Dybala adalah salah satu pemain yang mampu menunjukan bakatnya walaupun masih sangat muda. “Tidak ada (pemain) di usia 22 tahun yang mampu memperagakan tembakan yang berteknik dan juga kepribadian seperti dia (Dybala),” ungkap Capello seperti dilaporkan oleh Gazetta dello Sport.

Dalam pertandingan melawan Sassuolo sendiri, Paulo Dybala mencetak gol indah. Spesialisasinya dalam melakukan tendangan melengkung tersaji di pertandingan tersebut. Setelah melakukan kerjasama dengan Juan Cuadrado, pemain asal Argentina tersebut kemudian langsung melakukan placing ke arah kanan gawang Sassuolo yang dikawal oleh Andrea Consigli.
Gol tersebut tak luput dari Fabio Capello yang kemudian memuji gol yang dicetak oleh mantan pemain Palermo tersebut. “Golnya pada saat melawan Sassuolo dengan menendang bola seperti itu sangat luar biasa dan menarik,” ungkap pelatih yang sempat juga menangani Timnas Inggris ini.
Paulo Dybala memang sedang menjalani musim yang baik bersama Juventus. Walaupun di awal musim Juventus mengalami penurunan performa dan tidak konsisten kini mereka berada di puncak klasemen Liga Italia dengan perolehan poin 67.
Selain memiliki kekuatan dalam mencetak gol, Dybala juga cukup aktif dalam menciptakan peluang bagi rekan setimnya di Juventus. Ia tercatat memberikan 63 peluang kepada rekannya di musim ini ketika berlaga di Serie A.

Dybala juga menjadi salah satu aktor dalam rekor tidak terkalahkan Juventus di Serie-A. La Vecchia Signora belum terkalahkan sejak Oktober 2015. Dan dalam tempo waktu itu Dybala telah mencetak 10 gol dan memproduksi enam assist untuk Juventus dan menjadikannya yang terbaik bagi tim kota Turin tersebut.
Dybala juga berpeluang untuk menggapai trofi Serie A pertamanya. Ini memungkinkan jika Juventus tetap dapat tampi konsisten di Liga Italia. Pesaing terdekatnya, Napoli kini berada di peringkat kedua dengan perolehan poin 64. Ia juga masih berpeluang membawa Juventus meraih prestasi tinggi di Liga Champions. Mereka akan berhadapan dengan juara Bundesliga Bayern Munchen pada leg kedua di Allianz Arena Kamis mendatang. Sebelumnya Dybala dan kawan-kawan bermain imbang 2-2 ketika laga dihelat di Juventus Stadium.

Fabio Capello berpendapat bahwa ini merupakan waktu yang tepat bagi Dybala untuk menunjukan kapasitasnya di Eropa. “Ia telah membuktikan dirinya di Italia dan saat ini ia membutuhkan pengakuan di Eropa,” pungkas manajer berusia 69 tahun tersebut.

sumber : Gazetta dello Sport, Squawka, Skysports